Closing of BICS SIKIA x FST UNAIR Releases Hatchlings on Santen Island

2 min read

BERITA SIKIA – Puncak kegiatan Banyuwangi International Cultural Heritage & Community Services (BICS) diselenggarakan di lepas pantai Pulau Santen Banyuwangi. Seluruh panitia dan peserta dari Fakultas Sains Teknologi dan Sekolah Ilmu Kesehatan dan Ilmu Alam Universitas Airlangga berkumpul pada Sabtu (09/09/2023). Pulau Santen sengaja dipilih menjadi lokasi agar peserta BICS dapat menikmati indahnya pemandangan Selat Bali ditemani hangatnya matahari pagi. Agenda penting lain yaitu pelepasan tukik penyu lekang penetasan INTAN BOX hasil kolaborasi Prodi Kedokteran Hewan SIKIA dan Banyuwangi Sea Turtle Fondation (BSTF).

Kegiatan BICS di Banyuwangi mendukung SDGs poin 14 Life Bellow Water dan poin 17 Partnership For The GoalsMahasiswa asing peserta BICS bersama SIKIA belajar mengenai bagaimana proses hidup penyu. Mulai dari induk yang bertelur di Pulau Santen, penetasan telur, pelepasan tukik ke laut, menjadi dewasa dan bertelur kembali ke tempatnya ditetaskan. Komitmen penduduk Pulau Santen, BSTF, dan SIKIA tetap melindungi telur penyu yang ditemukan dipesisir, tidak melakukan jual beli telur penyu untuk tujuan konsumsi, serta mendukung kegiatan konservasi agar keberadaan penyu tetap lestari.

Baca juga: Peserta BICS Mengenal Klinik Hiu bersama SIKIA

Pesisir Pulau Santen yang menghadap Selat Bali memungkinkan untuk dijadikan sarang penyu bertelur. Selat Bali di sisi selatan berhadapan dengan Samudera Hindia menjadi jalur migrasi penyu setiap tahunnya. Sehingga memungkinkan Pulau santen menjadi tempat konservasi dan perlindungan penyu, khususnya penyu lekang.

Perilaku Tukik Saat Dilepaskan Ke Laut

Aditya Yudhana, drh., M.Si, dosen kedokteran hewan yang mendampingi peserta BICS memberi arahan menarik tentang bagaimana memegang tukik yang benar. Peserta perlu memahami cara memperlakukan tukik agar etap aman, nyaman, dan tidak stress saat kontak langsung dengan manusia.

“Jadi, tukik atau anak penyu nanti dipegang dari samping atau pinggangnya. Jangan terlalu tegang atau ditekan, rileks saja agar penyu tidak terganggu”. Ucap drh. Adit sambil memeragakan dengan tukik replika.

Disesi pelepasan, dosen penggemar reptil tersebut juga menjelaskan bahwa tukik yang dilepas saat ini tidak langsung lari menuju perairan. Meskipun lautan sudah didepan mata, tukik perlu mengenali lingkungan sekitarnya. Anak penyu tersebut membaca situasi dan merekam dalam memori otaknya. Setelah menjadi penyu dewasa, ia akan menggunakan ingatan tersebut untuk kembali bertelur di tempat awal ditetaskan. Oleh karena itu, menjaga kelestarian habitat penyu didaratan juga penting dilakukan agar tersedia rumah tempat ia kembali.

Banyuwangi International Cultural Heritage & Community Services (BICS) melepaskan 75 ekor tukik. Keikutsertaan mahasiswa FST dan SIKIA UNAIR diharapkan dapat ikut menyuarakan pentingnya pelestarian dan kelangsungan hidup penyu di habitatnya.

Penulis: Jasmine Indah

Editor: Avicena C. Nisa

source
https://unair.ac.id/

You May Also Like

More From Author