SIKIA Releases 34 Turtles Again on Santen Island Beach

3 min read

BERITA SIKIA – Sekolah Ilmu Kesehatan dan Ilmu Alam (SIKIA) Universitas Airlangga (UNAIR) Banyuwangi kembali melepasliarkan 34 ekor anakan penyu atau biasa disebut tukik dari jenis lekang. Proses perilisan dilakukan di Area Pantai Pulau Santen, Banyuwangi pada Minggu (22/10/2023) oleh tamu undangan soft launching, anak-anak (dengan pengawasan panitia), pengunjung Pantai Pulau Santen, dan mahasiswa SIKIA UNAIR.

Populasi tukik tersebut merupakan hasil penetasan yang dilakukan oleh Banyuwangi Sea Turtle Foundation (BSTF) dari kegiatan konservasi wilayah Pantai Cemara yang berposisi di wilayah selatan Pulau Santen. Setelah sebelumnya melakukan pengembangan konservasi modern lewat terciptanya INTAN BOX, kini BSTF kembali bermitra dengan SIKIA UNAIR dalam pengembangan program pengkaderan masyarakat Pulau Santen terkait konservasi penyu. Tentu kemitraan ini menjadi salah satu bentuk duplikasi dari keberhasilan program konservasi percontohan di Pantai Cemara ke Pantai Pulau Santen yang terletak lebih ke pusat kota.

Anak-anak warga Pulau Santen senang bisa turut melepasliarkan tukik ke perairan Selat Bali. Sumber: UKIP

Pastikan Tukik Aman

Pada hari tersebut Proses perilisan terbagi menjadi 2 kloter dengan jeda waktu antar kloter. Hal tersebut dilakukan untuk memastikan tukik bisa lepas ke lautan bebas. Tukik memerlukan waktu beberapa saat untuk beradaptasi terlebih dahulu saat pertama kali menyentuh pasir pantai. Respon adaptasi dari setiap individu berbeda satu dengan lainnya. Ada tukik selepas diturunkan ke pasir langsung aktif berlari menuju lautan lepas, ada yang bergerak dengan lambat, maupun berlari ke arah sebaliknya. Terdapat beberapa hal yang diperhatikan dalam mempersiapkan pelepasliaran penyu, yaitu:

  1. Pastikan lintasan pelepasliaran steril. Agar tukik dapat segera lepas kelautan, pastikan lintasan berbentuk datar atau menurun dengan gradien yang tidak terlalu tajam. Jarak antara tempat pelepasliaran dengan bibir pantai juga tidak boleh terlalu jauh dengan kisaran 1 hingga  3 meter saja. Meminimalkan sampah, batu, karang, maupun benda lain yang dapat mengganggu pergerakan penyu sebelum berenang bebas ke lautan.
  2. Bahaya Terinjak. Terpaan ombak dapat mengembalikan tukik ke bibir pantai. Dengan kondisi fisiologis yang masih berukuran kecil dan lemah, tentu pengawasan pasca pelepasliaran perlu dilakukan agar tukik tidak terinjak oleh manusia. Oleh karena itu pastikan beberapa meter kesamping dan kedepan lintasan tukik dari kegiatan aktif manusia. Jika didapati terdapat tukik yang tersapu ke daratan lakukan sikap diam beberapa saat hingga tukik tersapu kembali kelautan.
  3. Pilih Waktu Minim Predator. Sore hari merupakan waktu yang tepat dilakukan untuk perilisan tukik ke alam liar. Kondisi tersebut membuat mereka terhindar dari serangan predator yang aktif mencari mangsa pada siang hari.

Pelepasliaran tukik ke alam bebas merupakan bagian utama dari konservasi. Populasi penyu di lautan tentu akan meningkat. Diharapkan dimasa depan mereka akan kembali ke pantai tersebut untuk bertelur dari proses reproduksi alamiah lewat naluri di alam. Pelepasan ini sekaligus menjadi rangkaian soft launching Green House dalam Pengabdian Masyarakat Program Studi S1 Kedokteran Hewan dan Kesehatan Masyarakat SIKIA dalam inisiasi kader pengolahan sampah dan konservasi penyu Eduwisata Pulau Santen yang berkelanjutan.

 

Penulis: Putri Laura Faradina

Editor: Avicena C. Nisa

source
https://unair.ac.id/

You May Also Like

More From Author